Festival Pacu Jalur 2025: Mempromosikan Budaya Indonesia ke Dunia

Festival Pacu Jalur 2025: Mempromosikan Budaya Indonesia ke Dunia
0 0
Read Time:3 Minute, 34 Second

Syj.sch.idTeluk Kuantan, 28 September 2025Festival Pacu Jalur 2025, yang berlangsung di Tepian Narosa, Kuantan Singingi, Riau, dari 20 hingga 24 Agustus 2025, berhasil mencuri perhatian dunia sebagai panggung budaya Indonesia. Tradisi lomba perahu panjang ini tidak hanya memamerkan semangat gotong royong masyarakat Riau, tetapi juga menjadi magnet wisata yang memperkuat identitas nasional di kancah global. Dengan lebih dari 1,5 juta pengunjung yang ditargetkan, festival ini menegaskan posisinya sebagai ikon budaya dan pendorong ekonomi lokal.

Festival Pacu Jalur 2025: Warisan Budaya Berusia Ratusan Tahun

Festival Pacu Jalur 2025 berakar dari tradisi abad ke-17, ketika masyarakat Kuantan Singingi menggunakan perahu kayu panjang, atau “jalur”, untuk mengangkut hasil panen di Sungai Kuantan. Seiring waktu, aktivitas ini bertransformasi menjadi lomba adu cepat yang kini menjadi pesta rakyat tahunan. Setiap perahu, diukir dari sebatang kayu utuh dan dihiasi ornamen warna-warni seperti naga atau burung Garuda, membawa 45 hingga 60 pendayung yang berlomba dengan penuh semangat. Tahun ini, 288 jalur dari berbagai daerah bersaing memperebutkan gelar juara, menarik perhatian ribuan penonton.

Selain itu, festival ini telah diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia sejak 2015 dalam kategori Tradisi dan Ekspresi Lisan. Dengan demikian, Festival Pacu Jalur 2025 bukan hanya ajang olahraga tradisional, tetapi juga wujud pelestarian budaya Melayu Riau yang kaya.

Promosi Budaya ke Panggung Dunia

Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan bahwa Festival Pacu Jalur 2025 menjadi alat promosi budaya Indonesia ke tingkat internasional. Ia menyoroti gerakan “Togak Luan”, tarian khas di ujung perahu yang viral di media sosial, sebagai daya tarik global. “Banyak tokoh dunia tertarik pada keunikan tarian ini. Kami ingin festival ini terus memperluas pengenalan budaya Indonesia,” ujar Fadli. Ia menambahkan bahwa promosi budaya merupakan amanat konstitusi, sesuai Pasal 32 Ayat 1 UUD 1945, yang mewajibkan negara memajukan kebudayaan di tengah peradaban dunia.

Selanjutnya, fenomena “Aura Farming”, di mana penari cilik seperti Rayyan Arkan Dhika menarik perhatian dunia melalui video viral, memperkuat daya tarik festival. Video ini, yang menampilkan tarian di ujung perahu dengan iringan lagu “Young Black & Rich” oleh Melly Mike, telah ditonton jutaan kali di platform seperti TikTok dan Instagram, bahkan diadaptasi oleh klub sepak bola internasional seperti Paris Saint-Germain. Akibatnya, festival ini tidak hanya mempertahankan tradisi, tetapi juga menarik wisatawan mancanegara.

Dukungan Pemerintah untuk Festival Pacu Jalur 2025

Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana memuji komitmen Pemerintah Provinsi Riau dan Kabupaten Kuantan Singingi dalam mengembangkan Festival Pacu Jalur 2025. Ia menilai festival ini sejalan dengan kebijakan nasional untuk memajukan event daerah sebagai magnet wisata. “Festival ini telah menjadi ikon budaya yang mendorong ekonomi lokal dan memberikan manfaat berkelanjutan,” kata Widiyanti. Kementerian Pariwisata mendukung festival melalui program Karisma Event Nusantara (KEN), yang memberikan promosi nasional dan bantuan pendanaan.

Selain itu, kolaborasi dengan platform seperti Wonderful Indonesia dan TikTok Indonesia meningkatkan visibilitas festival. Misalnya, live streaming di Instagram dan TikTok selama festival menarik ratusan ribu penonton, sementara kreator konten mempromosikan budaya Riau ke audiens global. Dengan demikian, festival ini menjadi contoh sukses penggabungan tradisi dan teknologi modern.

Dampak Ekonomi dan Pariwisata

Gubernur Riau Abdul Wahid menyoroti dampak ekonomi Festival Pacu Jalur 2025. Ia memperkirakan festival ini menghasilkan perputaran ekonomi hingga Rp100 miliar, dengan sekitar 2 juta pengunjung selama lima hari. “Jika setiap pengunjung menghabiskan Rp50 ribu, dampaknya luar biasa bagi UMKM, perhotelan, dan kuliner lokal,” ujarnya. Bahkan, hotel dan homestay di Kuantan Singingi telah penuh dipesan sejak jauh hari, menunjukkan antusiasme wisatawan.

Bupati Kuantan Singingi Suhardiman Amby menambahkan bahwa festival ini berpotensi menjadi gerbang pariwisata internasional. Ia berharap Pacu Jalur menjadi ikon budaya nasional yang menarik lebih banyak wisatawan asing. Oleh karena itu, pemerintah daerah terus meningkatkan infrastruktur di Tepian Narosa untuk mendukung kenyamanan pengunjung.

Semangat Gotong Royong dan Masa Depan Festival

Festival Pacu Jalur 2025 mencerminkan semangat gotong royong masyarakat Kuantan Singingi. Setiap perahu, yang pembuatannya memakan biaya hingga Rp100 juta, didanai melalui kerja sama komunal. Pendayung juga berlatih berbulan-bulan untuk menyamakan ritme, menunjukkan kekompakan tim. Selain itu, festival ini menampilkan parade budaya, tarian tradisional seperti Sombah Cerano, dan musik Melayu, yang memperkaya pengalaman pengunjung.

Ke depan, pemerintah berupaya menjadikan Pacu Jalur sebagai warisan budaya dunia UNESCO. Dengan dukungan promosi digital dan kehadiran tokoh seperti Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka pada pembukaan festival, Pacu Jalur terus menarik perhatian global. Dengan demikian, festival ini tidak hanya melestarikan tradisi, tetapi juga memperkuat citra Indonesia sebagai destinasi wisata budaya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %