Kesenian Ki Hideung: Warisan Budaya Kawali Ciamis

Kesenian Ki Hideung: Warisan Budaya Kawali Ciamis
0 0
Read Time:3 Minute, 47 Second

Syj.sch.idKesenian Ki Hideung adalah wujud kreativitas warga Banjarwaru, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis, yang menggabungkan mitos, sejarah, dan seni tradisional. Pertunjukan ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga sarana edukasi untuk mematahkan ketakutan masyarakat terhadap mitos lokal. Oleh karena itu, artikel ini mengulas asal-usul, makna, dan peran kesenian ini dalam budaya Ciamis, termasuk kehadirannya di Galuh Ethnic Carnival. Bagaimana kisah di balik kesenian ini? Simak ulasan berikut!

Apa Itu Kesenian Ki Hideung?

Kesenian Ki Hideung adalah seni helaran (arak-arakan) yang diciptakan pada 2023 oleh warga Banjarwaru, Kawali, Ciamis. Nama “Ki Hideung” berasal dari bahasa Sunda, yang berarti “hitam,” mengacu pada sosok mitos berwujud tinggi besar, berwarna hitam, dan menyeramkan. Kostumnya terdiri dari topeng menyeramkan dan tubuh berbalut ijuk hitam seberat hampir 40 kilogram. Sebagai contoh, pertunjukan ini menampilkan teatrikal di mana Ki Hideung bertarung melawan pendekar, diiringi musik khas Sunda. Akibatnya, penampilan ini memukau penonton di berbagai karnaval. Oleh karena itu, kesenian ini menjadi ikon budaya lokal yang unik.

Asal-Usul dan Mitos Ki Hideung

Kesenian ini terinspirasi dari mitos di Jalur Ciwalanda, Banjarwaru, yang berkembang sejak masa penjajahan Belanda. Konon, di jalur ini, pasukan Belanda sering tersasar atau jatuh ke jurang tanpa sebab jelas. Masyarakat percaya sosok makhluk astral bernama Ki Hideung, yang berwujud hitam dan besar, melindungi wilayah tersebut. Selain itu, mitos ini menyebut Ki Hideung membantu rakyat melawan penjajah. Sebagai contoh, banyak yang mengaku melihat sosoknya hingga kini. Akibatnya, cerita ini menjadi sumber inspirasi untuk menciptakan kesenian helaran. Oleh karena itu, Ki Hideung bukan hanya seni, tetapi juga cerminan sejarah perjuangan lokal.

Makna Budaya Kesenian Ki Hideung

Kesenian Ki Hideung memiliki makna mendalam:

  1. Melestarikan Sejarah: Menggambarkan perjuangan rakyat Banjarwaru melawan penjajah.
  2. Mematahkan Mitos: Mengedukasi masyarakat agar tidak takut melewati Jalur Ciwalanda, terutama menjelang Magrib.
  3. Menggabungkan Tradisi dan Kreativitas: Kostum ijuk dan topeng mencerminkan inovasi seni lokal.
  4. Memperkuat Identitas: Menjadi ciri khas Banjarwaru di ajang budaya seperti Galuh Ethnic Carnival.
    Sebagai contoh, kesenian ini mengubah persepsi negatif tentang Ciwalanda menjadi kebanggaan budaya. Akibatnya, masyarakat lebih menghargai warisan lokal. Oleh karena itu, Ki Hideung menjadi simbol keberanian dan kreativitas.

Hubungan dengan Munding Ki Bowang

Ki Hideung erat kaitannya dengan kesenian Munding Ki Bowang, tokoh sakti dari cerita rakyat Banjarwaru. Dalam mitos, Ki Hideung merasuki kerbau hingga menjadi “Jiro” (kerbau mengamuk) dan bertarung dengan Ki Bowang, yang berhasil menaklukkan kerbau tersebut. Meski bermusuhan, keduanya sama kuat dan dipercaya membantu melawan penjajah. Selain itu, kedua kesenian ini sering ditampilkan bersama di acara besar. Akibatnya, penampilan mereka memperkaya khazanah budaya Ciamis. Oleh karena itu, hubungan ini menambah dimensi naratif dalam pertunjukan helaran.

Peran di Galuh Ethnic Carnival

Kesenian Ki Hideung menjadi ikon di Galuh Ethnic Carnival, ajang budaya tahunan Ciamis yang merayakan Hari Jadi Kabupaten. Pada 2025, acara ini menampilkan 31 kesenian helaran, termasuk Ki Hideung dan Munding Ki Bowang, yang memukau ribuan penonton. Sebagai contoh, parade dimulai dari Kantor Disbudpora Ciamis, melewati Jalan Cokroaminoto, hingga berakhir di Pendopo Bupati. Selain itu, kesenian ini bersanding dengan Bebegig Sukamantri dan Wayang Landung Panjalu, yang telah diakui secara nasional. Akibatnya, Ki Hideung meningkatkan daya tarik wisata budaya Ciamis. Oleh karena itu, kehadirannya memperkuat identitas lokal.

Tips Melestarikan Kesenian Lokal

Untuk menjaga kelestarian Kesenian Ki Hideung, masyarakat dapat:

  1. Dukung Sanggar Seni: Ikut serta dalam pelatihan di sanggar lokal seperti Sanggar Tarik Kolot.
  2. Hadiri Acara Budaya: Saksikan pertunjukan di Galuh Ethnic Carnival atau Hari Jadi Ciamis.
  3. Edukasi Generasi Muda: Ceritakan sejarah dan mitos Ki Hideung kepada anak-anak.
  4. Promosikan di Media Sosial: Bagikan foto atau video pertunjukan untuk menarik wisatawan.
    Sebagai contoh, promosi di media sosial meningkatkan kunjungan wisatawan ke Ciamis. Akibatnya, kesenian ini tetap hidup di kalangan generasi muda. Oleh karena itu, keterlibatan komunitas sangat penting untuk pelestarian budaya.

Tantangan dan Solusi Pelestarian

Tantangan utama adalah minimnya minat generasi muda dan biaya produksi kostum yang mahal. Selain itu, mitos tentang Ki Hideung masih membuat sebagian orang takut. Untuk mengatasinya, sanggar seni dapat mengadakan workshop gratis bagi pelajar. Akibatnya, generasi muda lebih tertarik mempelajari kesenian ini. Selain itu, dukungan dari Disbudpora Ciamis dapat membantu pendanaan kostum. Oleh karena itu, kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah memperkuat pelestarian budaya lokal.

Kesimpulan: Warisan Budaya yang Hidup

Kesenian Ki Hideung adalah perpaduan mitos, sejarah, dan kreativitas yang memperkaya budaya Ciamis. Dengan kostum ijuk dan topeng menyeramkan, kesenian ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mengedukasi masyarakat tentang keberanian dan sejarah lokal. Selain itu, kehadirannya di Galuh Ethnic Carnival 2025 menegaskan peran pentingnya sebagai ikon budaya. Oleh karena itu, mari dukung pelestarian Kesenian Ki Hideung agar tetap hidup sebagai warisan Tatar Galuh pada 2025 dan seterusnya. Dengan demikian, identitas budaya Ciamis akan terus bersinar.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %